Cerpen Istimewa, tulisan pertamaku untuk blog ini :)
Semanis Ice Cream
“Oke,
untuk tanda persahabatan kita yang ke dua, bagaimana kalau kamu traktir aku Ice
Cream coklat, aku lagi pengen ice cream” jari kelingking kami masih bersilangan.
Koko tersenyum tipis melihatku. Aku terus saja bercerita panjang lebar tentang
aktivitasku di kampus, koko selalu tidak
banyak berkomentar dan hanya tersenyum ketika aku menceritakan sesuatu yang
lucu. Dia sangat pendiam, berbeda denganku yang tebuka. Tapi itu yang membuat
kita bisa nyambung. Yang satu bercerita
yang satu mendengarkan. Ice cream coklat sudah ada ditangan, hmm.. mendinginkan
suasana setelah panas karena pertengkaranku dengan Koko. Dengan memakan ice
cream dan udara sejuk kota Malang, sejenak kami lupa akan pertengkaran hari
ini.
“oke,
gimana kalau kita bikin kesepakatan, setelah pertengkaran kali ini, kita jangan
bertengkar lagi ya, engga asik tau engga” aku mengernyitkan dahiku.
“kesepakatan apa Re?” Koko menyahuti omonganku.
“kita
kan jarang bertemu karena kita saling sibuk dengan kegiatan kita masing -
masing. Bagaimana kalau setiap hari selasa jam 4 sore kita bertemu ditaman ini
sambil membawa Ice Cream bergantian. Tidak boleh ada alasan. Kecuali sesuatu
yang sangat mendesak. Bagaimana?” aku menatap ke arah Koko. Dia berpikir sejenak. Kemudian
menganggukkan kepala.
“oke, karena hari ini kamu sudah mentraktirku, minggu depan aku yang akan
membawa Ice Cream ”. Aku tersenyum pada Koko.
***
Selasa
demi Selasa kami lewati. Hari ini, aku sangat menantikan kedatangan Koko. Dia
telat lagi hari ini. Aku mendengar kabar, bahwa dia sedang dekat dengan seorang
perempuan. Hmm, aku sangat mengenalnya, entah kenapa hatiku berkata dia tidak
sedang serius kali ini. Terlihat hanya sedang menjalaninya tanpa memautkan
hatinya. Aku ingat ketika dia benar - benar menyukai seorang perempuan, dia
sangat pintar menyembunyikannya. Sampai akhirnya dia tertangkap olehku sedang
menatap penuh kagum pada seorang perempuan ketika SMA. Hal itu sangat lucu jika
di ingat olehku.
Sudah dua tahun kami
terus saja melakukan hal yang sama. Setiap hari selasa, pukul 4 sore bertemu di taman kampus dengan
bergantian membawa Ice Cream. Bercerita apa saja yang sudah terjadi selama
seminggu tidak bertemu. Kemudian sedikit ada pertengkaran akan hal yang tidak
penting. Tapi entah kenapa, dengan sikap dia yang sangat cuek itu, aku sangat
menyayanginya. Kesepakatan kami memang hanya bertemu di hari selasa pukul 4
sore, tidak lebih tidak kurang. Dan persahabatanku sejauh ini berjalan lancar, Menyenangkan.
***
Hari ini giliran Koko
yang mentraktir Ice Cream. Aku telat setengah jam, tidak tahu apakah Koko akan
marah sperti biasanya aku telat. Kegiatan di kampus kurang berjalan lancar. Aku
berlari menuju taman dengan baju yang sudah kacau karena berlari kesana kemari
mengurusi proposal kegiatan. Tapi aku tak melihat Koko. Apa dia sudah pergi?
Aku mencari disekeliling taman. Apa dia meninggalkanku, kadang dia
meninggalkanku ketika aku telat. Dia benci menunggu, dia jarang bicara, tidak
suka mengungkapkan perasaannya, cuek dan DATAR. Aku rasa aku sangat
mengenalnya. Tapi yang aku tahu, didepanku, dia sering tersenyum. Kata dia
karena aku selalu menceritakan hal yang bodoh dan tidak penting. Tapi, dia akan
sangat banyak bicara jika sudah membahas otomotif. Dia akan menceritakan banyak
hal, aku bisa tau dengan melihat berapa banyak modifikasi pada motor yang
dikendarainya. Jika dia sudah membahas tentang modifikasi motor. Aku pasti akan
menyelah dan mengatakan bahwa hal itu tidak penting, hanya buang – buang uang.
Tapi dia selalu bilang “itu urusanku”. Aku sangat mengenalnya.
Seseorang menepuk bahuku. Koko
datang dari belakangku membawa ice Cream seperti biasanya. Dia membawa bunga
berwarna biru “ada apa ko? Kenapa ada bunga? Buat siapa?” aku menghujani Koko
dengan pertanyaan, aku begitu penasaran, tapi Koko malah menarikku ke sebuah
bangku biasanya kami duduk. Aku baru
saja mau menjelaskan alasan aku telat datang. Tapi Koko menutup mulutku. “aku
sayang kamu. Bukan sebagai sahabat. Tapi sebagai seorang pria kepada wanita
Rere. Semenjak aku mengenalmu 4 tahun yang lalu. Rasa itu muncul dengan
sendirinya. Seiring dengan perhatianmu padaku. Awalnya aku tidak menyukaimu
yang selalu saja bicara. Tapi dari setiap ceritamu, aku banyak belajar hal baru
dan aku mulai memikirkanmu. Beri aku kesempatan untuk mendampingimu sebagai
seorang kekasih Re!” aku menatap tajam kearahnya. Koko memegang tanganku. Aku terdiam
lama, suasana menjadi hening.
“tapi
kita kan sahabat Ko, kita terlalu dekat mungkin karena itu kau menyukaiku. Kita
hanya sahabat. Dan kau juga tau aku punya prinsip tidak akan mau berpacaran
dengan sahabatku sendiri” aku
menundukkan kepala. Tidak tahu harus berkata apalagi. Waktu seakan berhenti.
Aku mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. Dan terus bercerita seperti
biasanya, walau terasa aneh. Hari itu, aku tidak melihat wajah antusias Koko
seperti biasanya aku bercerita.
***
Setelah
hari itu aku tak pernah bertemu Koko. Tak pernah aku kira persahabatanku
dengannya akan berakhir seperti ini. Tapi aku tidak mau ini berakhir sampai
disini. Aku akan melakukan sesuatu.
“kamu
engga datang Ko” aku menundukkan kepalaku. Aku menghubunginya, tapi dia tidak
menjawab. Aku memberi pesan singkat, dia tidak membalas. Apa kamu marah Ko?.
Kamu tidak pernah marah sampai seperti ini, bahkan saat aku mempermalukanmu di
depan teman – teman sekolah kita. Kali ini, apa kau membenciku?. Aku berjalan
pergi dari taman. Hujan, sesegera mungkin aku berteduh.
Sama
seperti janjiku, setiap selasa pukul 4 aku datang ke taman dan membawa 2 ice
Cream jika itu giliranku. Tapi aku tak pernah melihatnya datang. “ko, kenapa
kamu menghilang seperti ini? Aku bisa menghubungimu. Tapi kau tak pernah mau
bertemu denganku. Kenapa? Apa salahku begitu tak termaafkan?” tanyaku sendiri.
Aku masih melihat sekeliling taman. Kali ini taman sedikit ramai. Ada beberapa
perempuan berkumpul. Sepertinya sedang berdiskusi. Terlihat seorang memberikan
materi dan yang lain memperhatikan dengan begitu antusias. Aku menundukkan
kepala.
***
Hari
kelulusan ini, benarkah aku tidak bisa bersamamu Ko? Aku merindukanmu. Tanpa
aku sadari air mataku menetes. Aku teringat kembali ketika masa sekolah. Dia
selalu menjemputku pergi kesekolah. Dia sering datang telat. Sehingga membuatku
telat masuk ke kelas. Sehingga banyak teman – teman yang menyorotiku. Tapi
kemudian Diana akan menghiburku dan memarahi Koko karena membuatku telat. Dan
aku merasa lebih baik. Diana adalah teman yang sempurna buat aku dan Koko. Diana
selalu bisa menjadi penengah pertengkaran kami.
“ko, apa benar kamu tidak mau datang? Besok ulang
tahun Diana. Kau tahu itu kan. Teman – teman akan memberi kejutan. Apa perlu
aku yang menjemputmu?”
“maaf
Re, aku besok ada praktikum. Tidak bisa di tinggalkan.” Aku menggenggam erat
teleponku. “kenapa sih? Apa karena aku? Aku sudah minta maaf padamu. Apa kamu
belum memaafkanku? Diana pasti akan sedih kamu tidak datang.” Aku mulai
meninggikan suaraku. “maaf Re, aku tidak bisa” dia menjawab secepat mungkin,
dia seperti akan menutup telepon. “oke kalau ini maumu. Kalau besok kamu tidak
datang. Jangan anggap aku sebagai sahabatmu. Aku tidak mau punya sahabat
sepertimu” aku menutup telepon.
***
“kamu
benar – benar tidak datang Ko?”. Aku menutup wajahku yang sudah penuh dengan
tetesan air mata. Suara ramai di pesta ulang tahun Diana pun membuatku tak
bergairah. Aku menjauh dari keramaian. Diana mendekat padaku. “dimana Koko,
Re?” aku menggelengkan kepala. Diana mendekapku.
Aku pikir aku
mengenalnya. Aku pikir aku tahu semua tentangnya. Ternyata aku salah. Aku tidak
tahu apa aku benar – benar sahabatmu selama ini. Aku menundukkan kepala. Aku
benar – benar merindukanmu Ko. Kupeluk bunga mawar biru pemberiannya. Aku benar
– benar membencimu Ko.
***
Hari ini tiba – tiba aku ingin datang ke taman walaupun bukan hari
selasa. Kulihat jam di tanganku, sekarang pukul 9 pagi. Aku tersenyum tipis,
biasanya di hari minggu pukul segini aku masih ada di bawah selimut. Tapi entah
kenapa aku ingin sekali bermain ke taman ini. Setelah kelulusanku. Aku pergi ke
Bogor untuk bekerja di perusahaan kenalan ayahku. Sudah beberapa tahun yang
lalu.
Kulihat taman sangat berbeda, terasa lebih kusam. Sama
seperti suasana hatiku. Tak ada lagi kicau burung, bunga – bunga yang
bermekaran indah. Aku langsung melihat bangku yang dulu selalu aku pakai duduk.
Aku melihat sebuah buku. Tidak ada orang di sekitar bangku. Aku mengambil buku
itu. Kulihat disekitar, tak ada orang yang mendekat. Aku membuka buku itu,
berharap akan ada identitas pemiliknya.
Srek, suara kertas terjatuh, aku mengambilnya.
Kau membuatku tak mengerti hidup ini.
Bagaimana bisa aku berteman denganmu, orang yang terus membicarakan hal yang
konyol dan tidak penting. Orang yang begitu khawatir padaku ketika aku sakit
atau mendapat masalah. Aku sangat berbeda darimu. Dan kau tahu itu. Tapi aku
suka. Aku suka ketika kau bercerita tentang hal – hal konyol. Aku suka ketika
kau begitu khawatir padaku. Sampai aku tak bisa menahan perasaanku padamu
setelah 4 tahun kusimpan rapat.
Hari
ini aku datang kesini untuk mengenangmu kembali. Sekarang, aku menemukan
seseorang yang begitu mirip denganmu, tapi dia tidak banyak bicara. Adakalanya
dia sangat membosankan. Kau tahu itu? Awalnya, dunia seakan mati ketika aku tak
bersamamu. Aku terlalu menggantungkan hidupku padamu. Tapi aku mencoba untuk
mau menerima kehidupan baru setelah aku menemukannya. Dia membuatku percaya
padamu. Re, kuharap kau memaafkanku.
Deg... aku tersontak
membaca kalimat terakhirnya. “Re?” apakah mungkin dia?
Seseorang
menghampiriku. “Rere, kau datang kesini. Dengan siapa?” Koko mengulurkan
tangannya. Disampingnya ada seorang perempuan cantik yang menggandeng tangannya
sambil membawa 2 Ice Cream. Jadi inilah akhirnya. Pikirku. Aku masih terpaku
melihat mereka berdua yang tersenyum padaku. Aku menyambut tangan Koko. Terasa
sangat kikuk. Apa karena kita sudah lama tidak bertemu. Apa karena aku begitu
membencinya. Atau karena ada sesuatu yang lain dihatiku. Aku tidak tahu.
wanita itu melihat kearahku. “oh, disini rupanya buku ini. Ko, ini bukumu. Aku
ingin meminjamnya dan akan segera mengembalikannya setelah selesai membaca.”
Perempuan itu tersenyum. Dia hendak mengambil buku yang ku pegang. Aku
menariknya dan menyembunyikannya di balik badanku. Aku takut kertas itu akan
membuat hubungan mereka hancur.
“ada apa Re? Re, bisa
kita bicara sebentar?” Koko menarik tanganku. Dan mengajakku pergi menjauhi
perempuan itu. “bagaimana Re, apakah Lusi cantik?” Koko tersenyum padaku. Aku
hanya mengangguk. “Re, aku sekarang bukan sahabatmu” dia menatapku. Aku benar –
benar terkejut mendengar dia berkata seperti itu. Aku melihat dia. Aku benar –
benar marah kali ini. “kamu memang bukan sahabatku. Bahkan aku tak pernah
mengenalmu” aku melepaskan tangan Koko dan mencoba berlari. Tapi Koko berhasil
menggapai tanganku kembali. “Kemana lagi kau akan pergi? Aku sudah bukan
sahabatmu lagi. Kenapa kau masih bersikap seperti ini?” aku memalingkan mukaku.
Aku hanya diam. Bagaimana dia bisa berkata seperti itu setelah lama tidak
bertemu. Aku sangat sedih mendengarnya.
“aku bukan sahabatmu,
bisakah kita bersama sekarang?” dia menatapku tajam, aku hanya terdiam. Benar –
benar tidak tahu harus berbuat apa. Koko menatapkuu. “tapi wanita itu?” aku
melihat ke arah wanita itu.
“dia adalah Lusi, kau
lupa?” aku mencoba mengingat kembali. Lusi Lusi Lusi.. dia adalah saudara jauh
sekaligus sahabat masa kecil Koko. Orang yang selama ini dicari Koko. Akhirnya
dia menemukannya. Lusi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dia seolah tau
apa yang sedang kita bicarkan. Aku menjadi malu sendiri.
“setelah bertemu
dengannya, aku hidup kembali Re. Lusi, yang menguatkanku selama ini, dia
membuatku percaya padamu. Aku yakin kita akan baik – baik saja. Re, aku
menyayanginya. tapi kau, aku mencintaimu” koko melihatku, berharap aku
mangatakan sesuatu. Tapi aku hanya diam. Apakah sekarang benar benar bisa? Aku
melihat Koko. Aku hanya percaya padamu Ko. Aku menganggukkan kepala.
Koko tersenyum kepadaku. Kemudian
Lusi memberikan Ice Cream ke Koko dan kemudian dia berikan kepadaku. Dan aku
hanya menganggukkan kepala. Taman menjadi terasa seperti pertama kali kita
berkenalan. Taman bersemi kembali seperti janji kita yang telah tertepati. Cintaku
benar – benar semanis Ice Cream. Tak pernah aku tahu. Dia benar - benar bukan
sahabatku. Dia Mantan sahabatku. Jadi, tidak ada alasan untuk aku menolaknya.
Apa kau tidak setuju?