Rabu, 30 Oktober 2013

Apa kabar hati?

Apa kabar hati?
apa kabar hati, masihkah ia bersujud di sepertiga malam yang luar biasa,
apa kabar hati, apakah masih ada rindu yang membara untuk segera bertemu dengan penciptamu.
apa kabar hati, masihkah dia tersenyum dengan tulus, walapun terasa sesak di dada.
aoa kabar hati, masihkan dia mengingat keesaan-Nya dan menghindari dosa - dosa.
hati, sebentar lagi kau akan berhenti dan mengakhiri semua. sudah siapkah?

Malang, 18-10-13

Rabu, 29 Mei 2013

Kota Kedua

Kota Kedua
Kita dipertemukan lagi bukan. Disebuah kota indah yang menyimpan rahasianya untuk kita. Jalan yang kita ambil mungkin tak pernah sama sejak awal. Dan aku menyukainya. Kota yang dari dulu aku inginkan untuk menjadi tempat tinggal keduaku, yang tak pernah aku tahu akan ada dirimu juga di kota ini.
Kota kenangan, mungkin hanya sebutan itu yang akan mewakili aku dan kamu. Kota yang sangat dingin di pagi hari, hingga membuatmu malas untuk beranjak dari selimut hangatmu. Kota yang udara siangnya akan membuatmu merasa nyaman. Dengan dedaun yang terbang disekitar kakimu ketika angin dengan kencang berhembus. Membuatmu merasa seperti di musim gugur Negara nan jauh.
Aku kembali mengingatkanmu tentang sebuah kisah tak bertuan. Kisah yang tak pernah ada ujung dari penantiannya. Kisah yang tak pernah bertepi sekalipun di hutan mangrove yang hampir tandus. Kisah yang layaknya api, sekalipun telah kau padamkan masih tersisa bara nya. Tak pernah tuntas.

Malang, 24/09/13

Jumat, 10 Mei 2013

Semanis Ice Cream



Cerpen Istimewa, tulisan pertamaku untuk blog ini :)

Semanis Ice Cream
“Oke, untuk tanda persahabatan kita yang ke dua, bagaimana kalau kamu traktir aku Ice Cream coklat, aku lagi pengen ice cream” jari kelingking kami masih bersilangan. Koko tersenyum tipis melihatku. Aku terus saja bercerita panjang lebar tentang aktivitasku di kampus,  koko selalu tidak banyak berkomentar dan hanya tersenyum ketika aku menceritakan sesuatu yang lucu. Dia sangat pendiam, berbeda denganku yang tebuka. Tapi itu yang membuat kita bisa nyambung.  Yang satu bercerita yang satu mendengarkan. Ice cream coklat sudah ada ditangan, hmm.. mendinginkan suasana setelah panas karena pertengkaranku dengan Koko. Dengan memakan ice cream dan udara sejuk kota Malang, sejenak kami lupa akan pertengkaran hari ini.
“oke, gimana kalau kita bikin kesepakatan, setelah pertengkaran kali ini, kita jangan bertengkar lagi ya, engga asik tau engga” aku mengernyitkan dahiku. “kesepakatan apa Re?” Koko menyahuti omonganku.
“kita kan jarang bertemu karena kita saling sibuk dengan kegiatan kita masing - masing. Bagaimana kalau setiap hari selasa jam 4 sore kita bertemu ditaman ini sambil membawa Ice Cream bergantian. Tidak boleh ada alasan. Kecuali sesuatu yang sangat mendesak. Bagaimana?” aku menatap  ke arah Koko. Dia berpikir sejenak. Kemudian menganggukkan kepala.
“oke, karena hari ini kamu sudah mentraktirku, minggu depan aku yang akan membawa Ice Cream ”. Aku tersenyum pada Koko.
           
***
Selasa demi Selasa kami lewati. Hari ini, aku sangat menantikan kedatangan Koko. Dia telat lagi hari ini. Aku mendengar kabar, bahwa dia sedang dekat dengan seorang perempuan. Hmm, aku sangat mengenalnya, entah kenapa hatiku berkata dia tidak sedang serius kali ini. Terlihat hanya sedang menjalaninya tanpa memautkan hatinya. Aku ingat ketika dia benar - benar menyukai seorang perempuan, dia sangat pintar menyembunyikannya. Sampai akhirnya dia tertangkap olehku sedang menatap penuh kagum pada seorang perempuan ketika SMA. Hal itu sangat lucu jika di ingat olehku.
Sudah dua tahun kami terus saja melakukan hal yang sama. Setiap hari selasa,  pukul 4 sore bertemu di taman kampus dengan bergantian membawa Ice Cream. Bercerita apa saja yang sudah terjadi selama seminggu tidak bertemu. Kemudian sedikit ada pertengkaran akan hal yang tidak penting. Tapi entah kenapa, dengan sikap dia yang sangat cuek itu, aku sangat menyayanginya. Kesepakatan kami memang hanya bertemu di hari selasa pukul 4 sore, tidak lebih tidak kurang. Dan persahabatanku sejauh ini berjalan lancar, Menyenangkan.
***
Hari ini giliran Koko yang mentraktir Ice Cream. Aku telat setengah jam, tidak tahu apakah Koko akan marah sperti biasanya aku telat. Kegiatan di kampus kurang berjalan lancar. Aku berlari menuju taman dengan baju yang sudah kacau karena berlari kesana kemari mengurusi proposal kegiatan. Tapi aku tak melihat Koko. Apa dia sudah pergi? Aku mencari disekeliling taman. Apa dia meninggalkanku, kadang dia meninggalkanku ketika aku telat. Dia benci menunggu, dia jarang bicara, tidak suka mengungkapkan perasaannya, cuek dan DATAR. Aku rasa aku sangat mengenalnya. Tapi yang aku tahu, didepanku, dia sering tersenyum. Kata dia karena aku selalu menceritakan hal yang bodoh dan tidak penting. Tapi, dia akan sangat banyak bicara jika sudah membahas otomotif. Dia akan menceritakan banyak hal, aku bisa tau dengan melihat berapa banyak modifikasi pada motor yang dikendarainya. Jika dia sudah membahas tentang modifikasi motor. Aku pasti akan menyelah dan mengatakan bahwa hal itu tidak penting, hanya buang – buang uang. Tapi dia selalu bilang “itu urusanku”. Aku sangat mengenalnya.
            Seseorang menepuk bahuku. Koko datang dari belakangku membawa ice Cream seperti biasanya. Dia membawa bunga berwarna biru “ada apa ko? Kenapa ada bunga? Buat siapa?” aku menghujani Koko dengan pertanyaan, aku begitu penasaran, tapi Koko malah menarikku ke sebuah bangku biasanya kami duduk.   Aku baru saja mau menjelaskan alasan aku telat datang. Tapi Koko menutup mulutku. “aku sayang kamu. Bukan sebagai sahabat. Tapi sebagai seorang pria kepada wanita Rere. Semenjak aku mengenalmu 4 tahun yang lalu. Rasa itu muncul dengan sendirinya. Seiring dengan perhatianmu padaku. Awalnya aku tidak menyukaimu yang selalu saja bicara. Tapi dari setiap ceritamu, aku banyak belajar hal baru dan aku mulai memikirkanmu. Beri aku kesempatan untuk mendampingimu sebagai seorang kekasih Re!” aku menatap tajam kearahnya. Koko memegang tanganku. Aku terdiam lama, suasana menjadi hening.
“tapi kita kan sahabat Ko, kita terlalu dekat mungkin karena itu kau menyukaiku. Kita hanya sahabat. Dan kau juga tau aku punya prinsip tidak akan mau berpacaran dengan sahabatku sendiri”  aku menundukkan kepala. Tidak tahu harus berkata apalagi. Waktu seakan berhenti. Aku mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. Dan terus bercerita seperti biasanya, walau terasa aneh. Hari itu, aku tidak melihat wajah antusias Koko seperti biasanya aku bercerita.
***
Setelah hari itu aku tak pernah bertemu Koko. Tak pernah aku kira persahabatanku dengannya akan berakhir seperti ini. Tapi aku tidak mau ini berakhir sampai disini. Aku akan melakukan sesuatu.
“kamu engga datang Ko” aku menundukkan kepalaku. Aku menghubunginya, tapi dia tidak menjawab. Aku memberi pesan singkat, dia tidak membalas. Apa kamu marah Ko?. Kamu tidak pernah marah sampai seperti ini, bahkan saat aku mempermalukanmu di depan teman – teman sekolah kita. Kali ini, apa kau membenciku?. Aku berjalan pergi dari taman. Hujan, sesegera mungkin aku berteduh.
Sama seperti janjiku, setiap selasa pukul 4 aku datang ke taman dan membawa 2 ice Cream jika itu giliranku. Tapi aku tak pernah melihatnya datang. “ko, kenapa kamu menghilang seperti ini? Aku bisa menghubungimu. Tapi kau tak pernah mau bertemu denganku. Kenapa? Apa salahku begitu tak termaafkan?” tanyaku sendiri. Aku masih melihat sekeliling taman. Kali ini taman sedikit ramai. Ada beberapa perempuan berkumpul. Sepertinya sedang berdiskusi. Terlihat seorang memberikan materi dan yang lain memperhatikan dengan begitu antusias. Aku menundukkan kepala.
***
Hari kelulusan ini, benarkah aku tidak bisa bersamamu Ko? Aku merindukanmu. Tanpa aku sadari air mataku menetes. Aku teringat kembali ketika masa sekolah. Dia selalu menjemputku pergi kesekolah. Dia sering datang telat. Sehingga membuatku telat masuk ke kelas. Sehingga banyak teman – teman yang menyorotiku. Tapi kemudian Diana akan menghiburku dan memarahi Koko karena membuatku telat. Dan aku merasa lebih baik. Diana adalah teman yang sempurna buat aku dan Koko. Diana selalu bisa menjadi penengah pertengkaran kami.
 “ko, apa benar kamu tidak mau datang? Besok ulang tahun Diana. Kau tahu itu kan. Teman – teman akan memberi kejutan. Apa perlu aku yang menjemputmu?”
“maaf Re, aku besok ada praktikum. Tidak bisa di tinggalkan.” Aku menggenggam erat teleponku. “kenapa sih? Apa karena aku? Aku sudah minta maaf padamu. Apa kamu belum memaafkanku? Diana pasti akan sedih kamu tidak datang.” Aku mulai meninggikan suaraku. “maaf Re, aku tidak bisa” dia menjawab secepat mungkin, dia seperti akan menutup telepon. “oke kalau ini maumu. Kalau besok kamu tidak datang. Jangan anggap aku sebagai sahabatmu. Aku tidak mau punya sahabat sepertimu” aku menutup telepon.

***
“kamu benar – benar tidak datang Ko?”. Aku menutup wajahku yang sudah penuh dengan tetesan air mata. Suara ramai di pesta ulang tahun Diana pun membuatku tak bergairah. Aku menjauh dari keramaian. Diana mendekat padaku. “dimana Koko, Re?” aku menggelengkan kepala. Diana mendekapku.
Aku pikir aku mengenalnya. Aku pikir aku tahu semua tentangnya. Ternyata aku salah. Aku tidak tahu apa aku benar – benar sahabatmu selama ini. Aku menundukkan kepala. Aku benar – benar merindukanmu Ko. Kupeluk bunga mawar biru pemberiannya. Aku benar – benar membencimu Ko.
***
Hari ini tiba – tiba  aku ingin datang ke taman walaupun bukan hari selasa. Kulihat jam di tanganku, sekarang pukul 9 pagi. Aku tersenyum tipis, biasanya di hari minggu pukul segini aku masih ada di bawah selimut. Tapi entah kenapa aku ingin sekali bermain ke taman ini. Setelah kelulusanku. Aku pergi ke Bogor untuk bekerja di perusahaan kenalan ayahku. Sudah beberapa tahun yang lalu.
Kulihat taman  sangat berbeda, terasa lebih kusam. Sama seperti suasana hatiku. Tak ada lagi kicau burung, bunga – bunga yang bermekaran indah. Aku langsung melihat bangku yang dulu selalu aku pakai duduk. Aku melihat sebuah buku. Tidak ada orang di sekitar bangku. Aku mengambil buku itu. Kulihat disekitar, tak ada orang yang mendekat. Aku membuka buku itu, berharap akan ada identitas pemiliknya.
Srek, suara kertas terjatuh, aku mengambilnya.

Kau membuatku tak mengerti hidup ini. Bagaimana bisa aku berteman denganmu, orang yang terus membicarakan hal yang konyol dan tidak penting. Orang yang begitu khawatir padaku ketika aku sakit atau mendapat masalah. Aku sangat berbeda darimu. Dan kau tahu itu. Tapi aku suka. Aku suka ketika kau bercerita tentang hal – hal konyol. Aku suka ketika kau begitu khawatir padaku. Sampai aku tak bisa menahan perasaanku padamu setelah 4 tahun kusimpan rapat.
Hari ini aku datang kesini untuk mengenangmu kembali. Sekarang, aku menemukan seseorang yang begitu mirip denganmu, tapi dia tidak banyak bicara. Adakalanya dia sangat membosankan. Kau tahu itu? Awalnya, dunia seakan mati ketika aku tak bersamamu. Aku terlalu menggantungkan hidupku padamu. Tapi aku mencoba untuk mau menerima kehidupan baru setelah aku menemukannya. Dia membuatku percaya padamu. Re, kuharap kau memaafkanku.
Deg... aku tersontak membaca kalimat terakhirnya. “Re?” apakah mungkin dia?
Seseorang menghampiriku. “Rere, kau datang kesini. Dengan siapa?” Koko mengulurkan tangannya. Disampingnya ada seorang perempuan cantik yang menggandeng tangannya sambil membawa 2 Ice Cream. Jadi inilah akhirnya. Pikirku. Aku masih terpaku melihat mereka berdua yang tersenyum padaku. Aku menyambut tangan Koko. Terasa sangat kikuk. Apa karena kita sudah lama tidak bertemu. Apa karena aku begitu membencinya. Atau karena ada sesuatu yang lain dihatiku. Aku tidak tahu.
wanita itu melihat kearahku. “oh, disini rupanya buku ini. Ko, ini bukumu. Aku ingin meminjamnya dan akan segera mengembalikannya setelah selesai membaca.” Perempuan itu tersenyum. Dia hendak mengambil buku yang ku pegang. Aku menariknya dan menyembunyikannya di balik badanku. Aku takut kertas itu akan membuat hubungan mereka hancur.
“ada apa Re? Re, bisa kita bicara sebentar?” Koko menarik tanganku. Dan mengajakku pergi menjauhi perempuan itu. “bagaimana Re, apakah Lusi cantik?” Koko tersenyum padaku. Aku hanya mengangguk. “Re, aku sekarang bukan sahabatmu” dia menatapku. Aku benar – benar terkejut mendengar dia berkata seperti itu. Aku melihat dia. Aku benar – benar marah kali ini. “kamu memang bukan sahabatku. Bahkan aku tak pernah mengenalmu” aku melepaskan tangan Koko dan mencoba berlari. Tapi Koko berhasil menggapai tanganku kembali. “Kemana lagi kau akan pergi? Aku sudah bukan sahabatmu lagi. Kenapa kau masih bersikap seperti ini?” aku memalingkan mukaku. Aku hanya diam. Bagaimana dia bisa berkata seperti itu setelah lama tidak bertemu. Aku sangat sedih mendengarnya.
“aku bukan sahabatmu, bisakah kita bersama sekarang?” dia menatapku tajam, aku hanya terdiam. Benar – benar tidak tahu harus berbuat apa. Koko menatapkuu. “tapi wanita itu?” aku melihat ke arah wanita itu.
“dia adalah Lusi, kau lupa?” aku mencoba mengingat kembali. Lusi Lusi Lusi.. dia adalah saudara jauh sekaligus sahabat masa kecil Koko. Orang yang selama ini dicari Koko. Akhirnya dia menemukannya. Lusi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dia seolah tau apa yang sedang kita bicarkan. Aku menjadi malu sendiri.
“setelah bertemu dengannya, aku hidup kembali Re. Lusi, yang menguatkanku selama ini, dia membuatku percaya padamu. Aku yakin kita akan baik – baik saja. Re, aku menyayanginya. tapi kau, aku mencintaimu” koko melihatku, berharap aku mangatakan sesuatu. Tapi aku hanya diam. Apakah sekarang benar benar bisa? Aku melihat Koko. Aku hanya percaya padamu Ko. Aku menganggukkan kepala.
Koko tersenyum kepadaku. Kemudian Lusi memberikan Ice Cream ke Koko dan kemudian dia berikan kepadaku. Dan aku hanya menganggukkan kepala. Taman menjadi terasa seperti pertama kali kita berkenalan. Taman bersemi kembali seperti janji kita yang telah tertepati. Cintaku benar – benar semanis Ice Cream. Tak pernah aku tahu. Dia benar - benar bukan sahabatku. Dia Mantan sahabatku. Jadi, tidak ada alasan untuk aku menolaknya. Apa kau tidak setuju?